Sistem keselamatan makin lengkap, pengendara tenang

Sistem keselamatan makin lengkap, pengendara tenang

Harga sebuah mobil kerap kali jadi mahal karena dijejali berbagai teknologi. Seperti halnya Ford yang baru memasarkan sedan dan hatchback dengan sistem parkir otomatis yang dilepas harga Rp 300 juta hingga Rp 400 jutaan.

Tak ketinggalan dengan Suzuki, dan kita belum bicara merek-merek premium dengan banderol lebih tinggi. Direktur Penjualan PT Suzuki Indomobil Sales Davy Tulian memandang bahwa sebenarnya teknologi khususnya di sektor keselamatan tidak hanya secara fungsional memberikan keselamatan.

ABS sebagai contoh bisa menghentikan laju mobil tanpa harus kebablasan. Atau airbag sebagai contoh lain perangkat keselamatan yang bisa menghindarkan kepala pengemudi dan penumpang dari benturan karena disanggah dengan bantalan berisi angin.

Namun lebih dari fungsinya, jika pengendara tahu mobilnya dilengkapi perangkat keselamatan, maka dengan sendirinya timbul rasa percaya diri karena ada rasa aman di dalam pikirannya.

"Ini soal rasa ya. Jadi akan menimbulkan peace of mind karena kita tahu mobil ini memiliki perangkat keselamatan. Tapi kalau tahu mobil kita enggak ada ABS, enggak ada airbag, enggak ada traction control, kita paling berani menikung di tol 40 km per jam," ujar Davy Tulian.

Suzuki sendiri menerapkan Total Effective Control Technology (TECT). Dalam hal ini bahan pelindung benturan yang digunakan cukup ringan tetapi kokoh. Sistemnya bekerja meredam dan menyebarkan energi akibat benturan melalui crumple zone atau bagian yang meluruh saat terjadi benturan keras.

TECT juga mencakup penggunaan ABS (anti-lock braking system) untuk menghindari roda terkunci saat pengereman mendadak sehingga pengemudi tetap dapat mengendalikan kendaraan. ABS pun ditemani oleh kehadiran EBD (electronic brake distribution), dan BA (brake system).

Soal teknologi keamanan, dalam sejarahnya sendiri, perusahaan Jerman, Mercedes-Benz, pada tahun 1970-an pernah membuat mobil dengan kode ESF. Singkatan dari Experimentier-Sicherheits Fahrzeug itu berarti "experimental safety vehicles" yang dalam pada masa itu masih tahap uji coba.

Prinsip kerjanya menyumbangkan pengembangan sabuk keselamatan yang mengencang sebelum benturan. Lalu pada mobil itu juga terdapat airbag samping, serta rem ABS. Bahkan, bumper hidraulisnya memanjang 40 cm saat mobil melesat agar siap jika terjadi tumbukan dari depan.

Tak hanya sabuk pengaman, VW pada 1973 pernah membuat sabuk pengaman untuk kaki atau lebih tepatnya lutut. Dimana agar pengendara dan penumpang tidak nyelonong ke depan saat tabrakan dari depan.

Mobil yang diberi nama Experimental Safety Vehicle (ESVW) itu juga memuat semacam sekat tersendiri yang menyatu dengan kursi depan supaya bagian sopir dan penumpang depan tetap kokoh saat mobil tabrakan.

Soal ABS, prinsip dasar agar mobil tidak terpeleset atau selip sudah juga dipikirkan oleh perusahaan ban Pennsylvania Rubber Company di tahun 1917. Mereka membuat ban vakum yang bertujuan menenangkan hati pengendara saat jalanan licin, misalnya saat hujan lebat. Ibarat tentakel gurita, ban berlubang-lubang di permukaannya akan menahan udara sebentar ketika menempel di jalan sehingga diharapkan mobil melaju stabil.

Jadi, pengetahuan tentang perangkat keselamatan di dalam mobil sekali lagi juga lebih pada mendukung atau memunculkan rasa tenang di pikiran pengendara. Walaupun bukan berarti dengannya kita boleh dan bisa ugal-ugalan di jalan.

(kpl/why/vin)

© PT Topindo Atlas Asia 2024