Jeffrey Polnaja terhalang di Korea Selatan

Jeffrey Polnaja terhalang di Korea Selatan

Penjelajah dunia asal Indonesia, Jeffrey Polnaja, masih terus menjalankan misi perdamaian dunia Ride for Peace (RFP) di atas sepeda motor BMW R1150GS. Biker kelahiran Bandung, Jawa Barat ini telah memasuki Vancouver, Kanada dari Busan, Korea Selatan sejak Oktober 2012. Selama musim dingin di Vancouver, Jeffrey mengaku banyak mengisi kegiatan RFP dengan agenda sosial.

Jeffrey yang meninggalkan Indonesia untuk memulai perjalanan keliling dunia keduanya dari Paris pada Juni 2012 silam, sempat mengalami hambatan ketika mengirim sepeda motor dari Busan ke Vancouver. "Birokrasi pemerintah di Korea Selatan dalam urusan pengiriman kendaraan asing ke luar negeri ternyata sangat rumit, selain itu biaya pengiriman juga sangat tinggi," katanya Jeffrey via email yang dikirimnya.

Jeffrey Polnaja

Menurut pria yang akrab disapa Kang Jeje ini, ongkos pengiriman yang diberlakukan di Korea Selatan tidak wajar. "Saya hanya bisa menego dari tarif 4.750 menjadi 4.500 dolar AS untuk sebuah sepeda motor. Bandingkan dengan di Monggolia, di mana untuk tujuan Vancouver hanya dikenakan tarif 1.600 dolar AS. Padahal jaraknya lebih jauh dari Korea ke Vancouver," lanjutnya.

Selain itu, perbedaan waktu antara Kanada dan Korea Selatan yang mencapai 14 jam juga menjadi hambatan dalam proses pengiriman sepeda motor. Jeffrey sendiri meninggalkan Korea Selatan menuju Kanada dengan pesawat terbang. Sementara sepeda motornya menyusul lewat jalur laut dari Busan.

Beruntung, Kang Jeje mendapat bantuan dari pihak BMW Belgia. Melalui kontak antara BMW Belgia dengan keagenan resmi BMW di Korea Selatan, BMW R1150GS miliknya berubah status dari 'Dangerous Good' menjadi 'Customer Good'. Status ini sangat menolong proses eksport dan dapat menekan biaya pengiriman. Apalagi rekan Jeffrey dari Afrika Selatan, Duncan Johnson, ikut menolong dengan mengenalkan perusahaan ekspedisi terpercaya.

BMW R1150GS baru menuju Vancouver pada 1 November 2012 lalu setelah melalui proses negosiasi alot dan berkepanjangan. Ketika menerima sepeda motor berkelir peraknya di Vancouver pada 29 November 2012, Jeffrey mesti merogoh kocek 2.000 dolar AS, termasuk biaya penyimpanan di gudang pelabuhan.

Meski mengalami tekanan, Jeffrey merasa misi RFP tetap konsisten dan bersemangat dalam menjalankan promosi Indonesia di kancah dunia. "RFP tak akan surut hanya karena kendala birokrasi seperti itu, saya akan terus menggerakkan roda sepeda motor ini ke berbagai negara demi harumnya nama Indonesia di internasional."

(kpl/tr/abe)

© PT Topindo Atlas Asia 2024