Rasyid memaksa mengemudi dalam keadaan mengantuk

Rasyid memaksa mengemudi dalam keadaan mengantuk

Tidak sedikit pengendara yang mengira sistem keamanan canggih menjadi digdaya terhindar dari kecelakaan. Namun pada kenyataannya setiap orang dapat mengalami kecelakaan – bahkan pembalap profesional sekalipun.

Misalnya, meski bukan karena kesalahan sendiri, Anda dapat kehilangan nyawa atau anggota tubuh karena kesalahan kecil pengguna jalan lain.

Terkait dengan kasus BMW X5 seruduk Daihatsu Luxio di tol Jagorawi beberapa waktu lalu. Menurut salah satu rujukan prinsip-prinsip dasar program Driving Skills for Life Ford, secanggih apapun kendaraan faktor manusia tetap menjadi penentu.

Dalam keadaan mengantuk, BMW X5 yang dikendarai Rasyid Amrullah Rajasa akan menjadi mesin pembunuh. Meski SUV ini dibekali peranti pengereman canggih. Artinya sistem all-wheel-drive xDrive, Dynamic Stability Control dan engine management tidak akan berarti kalau pengemudi tertidur.

Sistem pada BMW X5 ini sendiri sebenarnya menghasilkan distribusi tenaga, intervensi rem pada setiap roda dan engine management terkoordinasi satu sama lain.

Menurut Automobile Association of Saouth Africa (AASA), pengemudi mengantuk atau mabuk dicap sebagai ‘pengendara maut’. Dalam kasus tabrakan di tol Jagorawi, maka Rasyid Amrullah Rajasa sepertinya pantas menyandang julukan tersebut, sama halnya kasus Xenia Apriyani dan Livina maut Andika.

“Kendaraan yang serampangan (dikemudikan tidak beraturan) di jalan, yang diakibatkan pengendara mabuk atau mengantuk menjadi kendaraan yang harus diwaspadai,” sebut AASA.

Jelas, sekalipun pengendara lain menjadi pengemudi defensif, kecelakaan maut senantiasa mengintai dari pengemudi yang mengantuk. Dalam banyak kasus, menurut Driving Skills for Life pengemudi yang terlibat dalam kecelakaan akibat mengantuk tidak banyak meluangkan waktunya untuk mengikuti program pelatihan pengendara tingkat lanjut.

Statistik menunjukkan terlalu banyak kecelakaan yang terjadi karena berkendara saat mengantuk. Hal yang sama berlaku untuk mengebut. Jika terjadi kombinasi antara berkendara dengan kecepatan tinggi dan mengantuk maka dapat menjadi monster pencabut nyawa di jalan.

Mengutip keterangan saksi kecelakaan, Rangga, yang memacu Avanza-nya 140 km/h di tol Jagorawi, melihat BMW X5 yang dikemudikan Rasyid melaju dengan cepat dari arah tol dalam kota. Sampai akhirnya BMW X5 menghantam keras Luxio hingga penumpangnya terlempar keluar.

Jika benar BMW X5 berkecepatan tinggi dan tidak terarah akibat rasyid tidak sadar lantaran mengantuk sudah pasti menghasilkan efek benturan yang luar biasa terhadap mobil di depannya yang berjalan normal.

“Dalam mengemudi itu harus disadari, siapapun orangnya, mau itu pejabat, orang kaya atau siapa pun, ketika ia berada di belakang kemudi dia adalah sopir. Dan sopir atau pengemudi adalah full time job, 100 persen tidak bisa dibagi,” tegas Karman, Instruktur Safety Driving, sebagaimana dikutip TVOne.

“Berkaitan dengan kondisi fisik, orang kurang tidur misalnya, tidak tidur 17 jam, itu setara dengan minum alkohol. Jadi misalnya Anda bangun jam 4 subuh, bekerja terus sampai jam 9 malam, itu kan sudah 17 jam. Coba rasakan mengemudi sepulang dari pekerjaan jam 9 malam, itu seperti orang mabuk, dan yang terjadi adalah reaksi dan fokus kita berkurang. Ini berbahaya,” tambahnya.

Dengan kata lain, sejak awal Rasyid tidak menyadari bahaya fatal yang ditimbulkan ketika mengemudi dalam kondisi fisik tidak prima, lelah dan mengantuk.

“Faktor manusia sendiri harus sadar ketika berada di belakang kemudi, bahwa mobil ini bukan sekedar alat transportasi lho, tapi dia bisa berubah monster. Bisa menjadi senjata yang membunuh kalau kita tidak betul-betul menyadari tentang safety itu sendiri. Ketika orang berada di balik kemudi, orang itu harus sadar bahwa dia adalah sebuah ancaman. Dia adalah ancaman bagi orang lain atau pihak lain. Ini yang kadang kurang disadari. Makanya sering kita liat orang enak dengan kecepatan tinggi,” tandasnya.

Karena itu, ketika kondisi sudah lelah dan didera rasa kantuk, sejak awal pengemudi seharusnya sudah menyadari bahwa berkendara dalam keadaan demikian sangat berisiko besar mengundang terjadinya kecelakaan fatal. Tidak memaksakan diri untuk tancap gas yang membahayakan keselamatan pengendara lain.

Jadi, Rasyid tetap memaksa mengemudi ketika mengantuk? Wallahualam.

(kpl/nzr/vin)

© PT Topindo Atlas Asia 2024