Kota besar perlu jadi contoh program konversi BBG
Kota besar perlu jadi contoh program konversi BBG
Penggunaan bahan bakar gas (BBG) sebagai bahan bakar untuk kendaraan memang banyak terlibas beragam isu, termasuk mobil murah dan penekanan dari Pemerintah Provinsi DKI Jakarta agar pengguna kendaraan pribadi beralih ke angkutan massal.
Menteri ESDM Jero Wacik pun mengakui bahwa pada masa awal kepemimpinannya di Kementerian ESDM, "tenggelamnya" wacana konversi BBM ke BBG santer terdengar.
Dalam pandangannya, satu dari sekian hal yang bisa dilakukan adalah pembiasaan. Jika kota-kota besar sudah menggunakan BBG, maka masyarakat akan terbiasa.
"Jika kota-kota besar sudah menggunakan bahan bakar gas, rakyat akan terbiasa. Menggunakan gas pasti lebih murah (biaya) hidupnya. Tujuan kita semua adalah energi untuk kesejahteraan rakyat," ujarnya.
Kebiasaan ini sendiri perlu ditunjang dengan keberadaan fasilitas, dalam hal ini stasiun pengisian BBG. Walau bertahap, satu demi satu stasiun khusus ini sudah diresmikan di kota-kota besar, termasuk Jakarta dan kawasan sekitarnya. Terakhir adalah di kawasan Bekasi.
Program konversi BBM ke bahan bakar gas, termasuk di dalamnya LGV, merupakan program yang dicanangkan pemerintah untuk menekan konsumsi BBM. Hal ini mengingat, penggunaan BBM dari tahun ke tahun semakin meningkat seiring dengan pertumbuhan ekonomi nasional.
Konsumsi BBM bersubsidi di Indonesia pada tahun 2011 mencapai 41,7 juta kiloliter. Pada 2012, konsumsi mencapai 45 juta kiloliter. Lalu pada 2013, konsumsi BBM diperkirakan akan mencapai 47 juta kiloliter.
(kpl/why/sdi)