Keluarga Zapp keliling dunia dengan mobil tua buatan 1928!

Keluarga Zapp keliling dunia dengan mobil tua buatan 1928!

Herman dan Candelaria Zapp akan menjalani tahun ke-14 dalam perjalanan keliling dunia mereka yang lumayan bikin geleng-geleng karena dilakukan dengan mengendarai mobil tua produksi 1928. Mereka terhitung sudah melintasi wilayah Utara dan Selatan Amerika, lalu Asia, Australia, dan Afrika. Total perjalanan sudah mencapai 321.000 km lebih dan mengunjungi 40 negara di seluruh dunia.

Empat anak mereka bahkan lahir di negara-negara yang berbeda. Si sulung Pampa (10 tahun) lahir di Greensboro, North Carolina. Anak yang kedua, Tehue (7 tahun) lahir di Argentina. Anak ketiga mereka, Paloma (4 tahun) lahir Vancouver, Canada, sementara si bungsu, Wallaby (3 tahun) kelahiran Australia.

Lebih dari 14 tahun mengelilingi dunia

Bermacam tempat telah dikunjungi keluarga Zapp

Petualangan ini sendiri dimulai pada tahun 2000, yang dimulai dari kawasan Patagonia, Argentina, lalu ke Alaska.

Herman memperoleh mobil tua milik kakeknya, sebuah Graham-Paige produksi 1928. "Kalau kamu mau menempuh perjalanan yang sangat jauh, maka kamu harus jalan pelan-pelan," demikian pesan kakek Herman.

Candelaria Zapp dan keempat buah hatinya

Petualangan dimulai pada tahun 2000 lalu

Mereka jarang berhenti dalam waktu yang lama, dan selalu melaju. Perjalanan ini menjadi semakin panjang dengan tujuan keliling dunia setelah mereka tidak gatal untuk bepergian lagi saat sampai di Argentina pada 2004. Sejak saat itu, si mobil tua yang kabarnya sempat mampir di Indonesia ini terus bergerak, melintasi benua, dikapalkan melewati Australia, Selandia Baru, Jepang, Korea Selatan.

Perjalanan terpanjang tanpa henti adalah di atas aspal selama 13 bulan saat mengelilingi Amerika pada tahun 2008-2009.

Perjalanan mereka dimulai dari Patagonia, Argentina dan Alaska

"Kami tidur di tenda, dan juga di rumah-rumah penduduk. Anak-anak belajar langsung dari apa yang ditemui di jalan. Mereka belajar berbagai bahasa, langsung dari penutur-penuturnya. Mereka melihat langsung beruang dari dekat. Melihat kanguru, sampai pesawat ulang alik yang lepas landas," ujar Herman seraya menjelaskan bahwa anak-anaknya sekolah secara online dengan kurikulum yang selalu di-update.

Perjalanan ini pun menghasilkan dua buku. 'Dream Chaser' dan 'Spark Your Dream' yang terjual hingga 12.000 kopi.

Ketika ditanya mengenai hal yang paling susah dari perjalanan ini, Herman menjawab. "Waktu kita berada di jalur dengan peraturan kecepatan minimal 60 km per jam," kekehnya.

(kpl/why/sno)

© PT Topindo Atlas Asia 2024