Inspirasi - Yuhana, Sang Pelukis Kaleng Kerupuk yang bisa ke Luar Negeri
Inspirasi - Yuhana, Sang Pelukis Kaleng Kerupuk yang bisa ke Luar Negeri
Hidup ini kadang tidak pernah bisa ditebak. Tapi sebuah ketekunan biasanya membawa kesuksesan. Bahkan karena melukis kaleng krupuk pun bisa membuat pelakunya mengenyam perjalanan luar negeri yang tidak pernah terbayangkan. Suasana 'The 18th International Trade Fair for Tourism Otdykh Leisure 2012' yang dibuka di kota ujung dunia Moskow, 19 September lalu terasa sedikit lain. Pameran pariwisata akbar yang selalu diikuti oleh Kemenparekraf setiap tahun tersebut, selain memamerkan tujuan wisata dan industri terkait, juga mengikutsertakan seorang lekaki yang bernama Yuhana (44). Sejak hari pembukaan pameran ia tidak bicara, melainkan terus tanpa jeda kedua tangannya melukis kaleng-kaleng krupuk di depan stand Indonesia. Duduk beralaskan papan kayu dan berdampingan dengan beberapa warna cat yang masih di dalam kaleng dan bermacam ukuran kuas, dengan tekun ia melukis pemandangan khas Indonesia. Satu kaleng dilukisnya dengan bunga-bunga kamboja warna merah segar. Satu kaleng menggambarkan para petani di pematang sawah di pulau dewata. Ada juga pemandangan gunung dengan aneka sawah nan menghijau. Tidak lupa berbagai pantai indah Indonesia dengan pasir putihnya. Yang jelas, semua lukisannya menggambarkan keindahan Indonesia dalam banyak segi. Lukisan kaleng yang sudah selesai segera dipajang di rak di depan stand Indonesia. Berbagai kaleng krupuk ukuran sedang itu terlihat indah dan sekaligus unik, plus enak dipandang. Tak pelak, ide Kemenparekraf untuk membawa Yuhana tidak sia-sia. Banyak pengunjung yang awalnya tertarik terhadap lukisan kaleng krupuk, akhirnya banyak bertanya tentang wisata Indonesia yang sudah mulai di kenal di Rusia. Rupanya, Yuhana merupakan mata kail bagi datangnya wisatawan asing khususnya Rusia ke Indonesia. Maklumlah, pertumbuhan turis tajir Rusia ke Indonesia makin hari makin berjibun. Tahun ini diharapkan akan melampaui titik psikologis, 100 ribu orang. Mereka inilah orang-orang yang memliliki masa tinggal lama dan cenderung boros dalam berbelanja. Bagi Yuhana yang hanya tamat SMA itu, yang penting selama 4 hari ia akan terus melukis dari pagi hingga sore. Mungkin dia juga tidak pernah tahu bahwa dirinya adalah pematik turis asing yang akan mengisi devisa negara. Yang diketahuinya hanya satu, ia dikontrak untuk melukis kaleng-kaleng krupuk dengan aneka keindahan alam dan budaya Indonesia. Maklumlah, Yuhana yang berwajah polos ini orang kampung yang sangat sederhana. Pria kelahiran Bandung itu kesehariannya hanyalah tukang kebon. Membersihkan rumput liar, memangkas daun, menyirami hingga menabur pupuk. Itulah pekerjaan bertahun-tahun yang ditekuni selama di Jakarta. Dengan ijazah yang tidak tinggi, pekerjaan kasar tersebut yang paling memungkinkan diraih, walaupun tidak mencukupi kebutuhan hidup bagi istri dan kedua anaknya. Meskipun pekerjaanya adalah tukang kebun, Yuhana memiliki hobby mulukis sejak kecil. Media apapun yang dinilai kosong ia akan hiasi dengan lukisan. Bahkan di sela-sela waktunya, ia selalu mengisinya dengan aktivitas menggambar apa saja yang ada di benaknya. Suatu ketika di tahun 1996, majikannya yang kebetulan warga Belanda melihat Yuhana menggambar. Yuhana lalu diminta untuk mencoba melukis di sebuah kaleng seperti gambar kaleng yang dimiliki tuannya. Awalnya masih kurang bagus, yah maklumlah, Yuhana memang tidak pernah belajar melukis di sekolahan. Tapi lama-kelamaan sang majikan merasa puas dengan hasil lukisannya. Akhirnya, ketika pekerjaan menjadi tukang kebon senggang maka majikan selalu memberinya kaleng krupuk untuk dilukis. Meskipun tanpa target, ia menyelesaikan banyak kaleng krupuk yang kemudian menghiasi rumah tuannya. Ia senang sang majikan juga puas. “Melukis kaleng krupuk membuat saya punya tambahan penghasilan. Pertama-tama, untuk satu kaleng krupuk saya dibayar lima puluh ribu rupiah. Lumayanlah untuk menambal kekurangan kebutuhan keluarga,” ujarnya. Rupanya teman-teman majikan orang Belanda tersebut pada tertarik dengan aneka kaleng yang diatur demikian rupa di rumahnya. Keindahan kaleng ini sangat eksotik karena sudah bernilai seperti lukisan saja. Bedanya, kalau lukisan harus digantung, kaleng-kaleng krupuk cukup diletakkan di tempat-tempat yang pas. Suasana pun menjadi lain. Tidak pelak, kemudian banyak orang-orang asing yang ikut memesan agar kaleng krupuk mereka dilukis oleh Yuhana. Tentu saja, kaleng tersebut tidak hanya diisi krupuk. Namun menjadi kenang-kenangan alias souvenir dan dibawa ke negeri asal mereka. Sesuatu yang unik, eksotik dan tidak ada di tempat lain. Maklumlah, model kaleng krupuk segi empat dengan kaca di depan dan tutup diatasnya itu hanya ditemui di Indonesia yang tercinta ini. Karena banyak orderan, harga lukisan kaleng krupuk Yuhana juga meningkat lumayan drastis. Satu lukisan kaleng, kini ia bisa meraup uang kisaran lima ratus ribu rupiah. Dan dalam sebulan, ia menyelesaikan tiga sampai empat kaleng. Sangat bisa jadi, uang lukisnya akan melebihi gajinya sebagai tukang kebun. Mantab kan? Suatu ketika, lukisannya diketahui oleh diplomat Perancis di Jakarta. Tanpa banyak kalam, staf kedutaan itu langsung jatuh hati dan memesan 20 kaleng krupuk. Kuas Yuhanapun beraksi di sela-sela aktivitas mencabut dan memotong rumput. Ia tahu bahwa kaleng-kalengnya akan segera dibawa pulang ke Perancis untuk menghiasi rumahnya di Paris. Setahun kemudian, orang Perancis tersebut menawarkan kepadanya untuk ikut pameran lukisan kaleng krupuk di sebuah kota yang bernama Brest pada tahun 2011. Ia berjanji akan memberikan uang saku tapi tidak menanggung biaya penerbangan. Impian pergi pameran di luar negeri kini menjadi impiannya. Tapi dapatkah terlaksana? Atas bantuan Pemerintah RI, Yuhana diberikan fasilitas yang tidak didapatkan dari sponsor Perancis. Jadilah Yuhana terbang ke langit menembus awan dan sampai di negeri indah. Ia merasakannya bagaikan mimpi di siang bolong saja. Bayangkan, tukang kebun yang tiap hari pegang pacul dan tidak becus bahasa asing, kini harus berpameran di Perancis. Alamak. Lukisan Yuhana rupanya mendapat sambutan yang cukup baik. Keunikan bentuk kaleng krupuk yang dipadukan dengan macam-macam olahan warna yang menggambarkan keindahan kapal-kapal layar Indonesia menjadi pemanis pameran lukisan kapal kota Brest. Sesuatu yang tak pernah terbayangkan sebelumnya. “Saya senang sekali bisa pameran karena mendapatkan pengalaman yang luar biasa. Dari sisi keuangan, jujur saja saya tidak untung, tapi ada makna tersendiri bisa sampai sana. Semua saya syukuri saja,” ujar pria dengan pakaian sangat sederhana ini. Rupanya kepiawaian Yuhana melukis kaleng krupuk itu terus dipantau oleh Kemenparekraf. Yuwana diperkirakan bisa dijadikan stimulan pengunjung pameran sekaligus mempromosikan keindahan Indonesia melalui lukisan. Setelah melalui pengkajian yang mendalam, Yuhana ditawari untuk melukis kaleng-kaleng krupuk di depan stand Indonesia pada pameran pariwisata Otdykh Leisure 2012 di kota ujung dunia, Moskow. Semua itu kini terjadi alias bukan bualan apalagi impian. Kalau stand negara lain mematik pengunjung dengan cara tradisional berupa nyanyian dan tarian, Indonesia tampil dengan cara yang unik: melukis kaleng-kaleng krupuk berukuran kecil dan sedang. Bahkan, Dubes RI Moskow, Djauhari Oratmangun yang dibuat terkagum-kagum juga menjanjikan untuk memborong seluruh hasil lukisan selama pamran untuk dipajang di kedutaan. Selain terus melukis kaleng krupuk, Yohana juga berkesempatan diundang jamuan makan malam di wisma Duta Besar di Moskow dan akan ikut menikmati keliling kota Moskow setelah acara pameran usai. Ia mungkin akan berfoto ria di depan gereja St. Basil yang berkubah warna-warni ataupun berpose di samping mausoleum Lenin. Ia yakin, kesempatan langka ini akan menumbuhkan gairah bagi kedua anaknya untuk belajar lebih tekun sehingga sukses di kemudian hari. Tidak sekedar menjadi tukang kebun seperti dirinya. Lalu apa yang akan dilakukan Yuhana setelah pulang nanti? “Ya saya akan kembali macul, bersih-bersih taman dan menyiram bunga. Saya sih selalu berdoa bisa merubah nasib menjadi pelukis dan mengharumkan nama bangsa dengan lukisan saya di hanya diatas kaleng-kaleng krupuk. Tapi apakah itu mungkin sih Pak?”