Ngantuk saat menyetir, sama bahayanya dengan minum alkohol

Ngantuk saat menyetir, sama bahayanya dengan minum alkohol

Insiden tabrakan Daihatsu Luxio - BMW X5 yang mengakibatkan dua orang tewas, dilatarbelakangi oleh rasa kantuk saat menyetir. Pengemudi BMW X5, Rasyid Amrullah, anak dari Menteri Koordinator Perekonomian Hatta Rajasa, menabrak dari belakang sebuah MPV Daihatsu Luxio di Tol Jagorawi Km 3+350 arah Bogor, Selasa (1/1) pagi, sekitar pukul 05.45 WIB.

Dalam sebuah penelitian oleh Stanford University di California, masalah ngantuk saat menyetir dinilai mengurangi fungsi mentalitas, seperti halnya saat orang minum alkohol terlalu banyak. Penelitian ini melibatkan sejumlah responden yang kemudian diminta mengendarai sebuah bus atau truk gandeng yang sebelumnya sudah didasari hukum California.

Seperti dikutip BBC, pengujian itu mendapati bahwa mereka yang mengantuk dan mereka yang minum alkohol terlalu banyak (standar kandungan 0,08 persen dalam tubuh) mengalami pengurangan respons terhadap suatu kejadian.

Sementara itu, The American Automobile Association (AAA) memperkirakan bahwa 1 dari 6 kecelakaan lalu lintas mematikan dan 1 dari 8 kecelakaan yang menyebabkan korbannya dirawat di RS disebabkan oleh kantuk.

Di Indonesia sendiri, data Operasi Ketupat 2011 menunjukkan catatan penyebab kecelakaan akibat kendaraan tak layak berjumlah 449 kasus, jalan tak layak 387 kasus, dan kecelakaan yang diakibatkan oleh pengendara mengantuk adalah 1.018 kasus.

Dr. Powell yang mempresentasikan penelitiannya di acara tahunan American Academy of Otolaryngology-Head and Neck Surgery Foundation di New Orleans menyebut bahwa persoalan ini sebenarnya sering terjadi dan terabaikan.

"Berapa sering kita melihat atau mengetahui orang lain yang ngantuk dan lebih memilih buka jendela supaya angin masuk dan membuatnya tidak ngantuk, atau lebih memilih mengeraskan suara musik? Saya berani bertaruh bahwa banyak orang seperti ini; dan walaupun mereka tahu itu salah dan berbahaya, mereka tetap nyetir juga, bukan?" tutupnya.

(kpl/why/bun)

© PT Topindo Atlas Asia 2024